Rabu, 17 Juli 2013



Fokus: ingin juara anda harus seperti astronot


Berada di 'luar angkasa' menjadi hal yang memungkinkan bagi para pesepakbola.
Tanyakan kepada mereka yang sudah pernah merasakannya, bagaimana rasanya menjadi juara?

"Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Saya merasa berada di dunia yang berbeda," begitu ungkapan Robin Van Persie usai memastikan Manchester United menjadi juara Liga Primer Inggris musim lalu.

Bagi Van Persie, meraih gelar juara sebelumnya memang hanya sebatas mimpi. Bersama Arsenal, pemain asal Belanda itu pun juga merasakan getirnya puasa gelar juara, yang kini sudah menginjak tahun ke sembilan. Dan ketika memutuskan pindah ke Manchester United dan mengangkat trofi pertamanya di Old Trafford, lumrah jika Van Persie merasa dirinya terbawa oleh mimpi.

Memiliki mimpi yang terwujud seperti itu memang tidak bisa sembarangan orang yang mampu mendapatkannya. Mereka yang berhasil meraihnya adalah orang-orang yang terpilih, siap secara mental dan kemampuan, dan juga sedikit memiliki faktor keberuntungan.

Tapi yang utama adalah kesiapan mental, fisik dan kapabilitas menjadi juara. Mereka yang bisa mewujudkan mimpi adalah mereka yang memiliki bekal terbaik. Dan hanya sedikit bagi mereka yang bisa mampu ke tahap ini.

Jika dianalogikan dengan hal lain di luar sepakbola, dunia antariksa bisa menjadi gambaran tersendiri. Bayangkan saja, sesering apa sih orang bisa ke luar angkasa? Belum juga mahalnya harga untuk bisa menjadi yang paling atas dan bisa leluasa melihat ke bawah. Orang-orang itu pun juga hanya yang terpilih yang bisa melakukannya.

Nick Greene, astronom kenamaan asal Amerika Serikat, mengungkapkan syarat yang kompleks untuk bisa berada di luar angkasa. Selain level pendidikan, keterampilan dan kesiapan, hal lain yang dibutuhkan adalah faktor luck, kemampuan komunikasi, pelatihan intensif dan kondisi fisik yang mumpuni. Singkatnya, dibutuhkan orang yang betul-betul fit dalam semua hal.

Dan jika semua itu bisa terpenuhi, mereka yang bisa berada di luar angkasa pun derajat kehidupan sosial mereka naik secara otomatis. Publik tak lagi menganggap Anda sebagai warga biasa. Cukup lumrah mengingat syarat yang harus dipenuhi memang luar biasa sulit. Pada akhirnya, menjadi astronot berarti Anda harus memiliki keberanian dan secara fisik mampu melakukan pekerjaan paling menakjubkan di dunia.

Jika dibandingkan, untuk menjadi seorang astronot, dibutuhkan persiapan selama bertahun-tahun, sama halnya bagi para pesepakbola yang berkualitas juara. Persiapan bahkan sudah dimulai sejak pendidikan dasar. Di bangku kuliah, mereka yang ingin menjadi astronot harus memiliki pengetahuan dan menguasai bidang studi matematika, sains, teknik dan ilmu fisika. Kemampuan untuk menganalisa lingkungan juga harus dimiliki.

Setelahnya, NASA mengsyaratkan pengalaman yang lebih dari cukup. NASA tahu mereka tak butuh 'pemain rookie' di atas sana. Sejumlah pelatihan pun harus diikuti, yang paling tidak membutuhkan waktu tiga tahun. Calon astronot juga harus aktif mencari informasi mengenai kesempatan untuk ikut bergabung dengan NASA, mulai dari aplikasi, review hingga proses screening, sebelum akhirnya hanya terpilih 20 orang dalam program dua tahun peluncuran pesawat ke luar angkasa. Peserta awal kabarnya bisa mencapai 5.000-an orang.

Dan itu semua pun mirip dengan sepakbola. Tak banyak orang yang bisa menjadi juara, atau memposisikan diri mereka sebagai juara. Komentar Van Persie setidaknya bisa mewakili hal tersebut. Menjadi juara, menurut Van Persie, membuatnya seperti berada di dunia yang berbeda, bukan dunia yang sebelumnya sudah biasa dihadapinya. Menjadi juara seakan menempatkan Van Persie berada di level yang lebih tinggi dibanding lainnya.

Pemain lain, seperti Lionel Messi saat memenangi Ballon d'Or untuk kali keempat, atau Franck Ribery yang baru saja mengantar Bayern Munich meraih tiga gelar juara di musim ini, atau pemain lain yang merasakan sensasi juara pasti mengamini hal itu, terlepas dari kerendahan hati mereka. Bahkan, Messi banyak disebut sebagai pemain yang bukan dari bumi, karena kemampuannya yang luar biasa itu.

"Anda tak bisa membandingkan siapapun dengan Messi. Cristiano Ronaldo adalah manusia biasa yang hebat. Tapi, Messi adalah makhluk planet lain. Dia bisa membawa bola lebih cepat dibandingkan saat berlari tanpa bola," tegas mantan pelatih timnas Argentina Alfio Basile pada Radio 9 beberapa waktu lalu.

Memang demikian adanya. Van Persie, Messi atau Ribery pasti melakukan persiapan matang untuk bisa menjadi juara. Ketatnya kompetisi dan banyaknya laga yang harus dijalani juga mempersiapkan mereka memposisikan diri sebagai yang terbaik, sadar atau tidak. Secara mental dan fisik, para pemain ini sudah 'terpilih' untuk menjadi juara dengan sendirinya.

Tanyakan saja kepada Van Persie, Messi, atau Ribery, bagaimana mereka harus menjalani masa pelatihan sejak usia dini yang berat dan penuh kedisplinan. Belum lagi keharusan pemain, terutama di La Masia, untuk menjalani pendidikan formal hingga batas usia tertentu. Konon kabarnya Barcelona ingin memberikan bekal kepada anak didik mereka untuk siap menghadapi dunia luar apabila tak cukup beruntung di dunia sepakbola. Klub tahu, bukan hanya skill saja yang dibutuhkan di lapangan dan di luar sana, tapi juga intelejensia yang baik.

Pemain-pemain itu pun digembleng dan dipersiapkan mentalnya sedemikian rupa untuk bisa menjadi yang terpilih untuk menjadi juara. Dan terbukti, hanya beberapa saja yang bisa menunjukkan kelasnya sebagai salah satu yang terbaik.

Hanya pemain dan tim yang siap itulah yang nantinya bisa memetik hasil manis di akhir musim, memiliki posisinya sendiri di masyarakat dan mungkin bisa berada di 'angkasa luar' sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar